Tanaman Penaung Untuk Kopi
Picture from www.kopibajawa.com |
Menurut Peraturan Menteri Pertanian Republik
Indonesia Nomor49/Permentan/OT.140/4/2014 tentang Pedoman Teknis Budidaya Kopi
yang Baik (Good Agriculture Practices/GAP on Coffee) mengenai tanaman penaung untuk kopi, antara lain:
Syarat-syarat pohon penaung
a. Memiliki perakaran yang dalam.
b. Memiliki percabangan yang mudah
diatur.
c. Ukuran daun relatif kecil tidak mudah
rontok dan memberikan cahaya yang menyebar (diffus).
d. Termasuk leguminosa dan berumur
panjang.
e. Menghasilkan banyak bahan organik.
f. Dapat dimanfaatkan sebagai sumber
pakan ternak.Tidak menghasilkan senyawa yang bersifat alelopati.
g. Tidak menjadi inang hama dan penyakit
kopi.
Penaung sementara
a. Melindungi tanah dari erosi.
b. Meningkatkan kesuburan tanah melalui
tambahan organik asal tanaman penutup tanah sementara.
c. Menekan pertumbuhan gulma.
d. Jenis tanaman penaung sementara yang
banyak dipakai Moghania macrophylla (Flemingia congesta), Crotalaria sp.,
Tephrosia sp.
e. Moghania cocok untuk tinggi tempat kurang dari
700 m d.p.l.
f. Untuk daerah dengan ketinggian lebih
dari 1.000 m d.p.l. sebaiknya menggunakan Tephrosia sp. atau Crotalaria
sp..
g. Untuk komplek-komplek serangan
nematoda parasit disarankan menggunakan Crotalaria sp.
h. Naungan sementara ditanam dalam
barisan dengan selang jarak 2 – 4 m atau mengikuti kontur.
i. Ditanam minimal satu tahun sebelum
penanaman kopi.
Penaung tetap
a. Penaung tetap mutlak diperlukan dalam
sistem tanaman kopi berkelanjutan.
b. Pertanaman kopi tanpa penaung tetap
cenderung menyebabkan percepatan degradasi lahan dan mengancam keberlanjutan
budidaya tanaman kopi pada lahan tersebut.
c. Pohon penaung tetap yang banyak
dipakai di Indonesia lamtoro (Leucaena sp.), Gliricidia, kelapa,
dadap (Erythrina sp.), Kasuari (Casuarina sp.) dan
sengon (Paraserianthes falcataria).
d. Pada tempat-tempat tertentu di dataran
tinggi dapat jeruk keprok sebagai penaung tetap.
e. Lamtoro tidak berbiji dapat
diperbanyak dengan atau okulasi, ditanam dengan jarak 2 m x 2,5 m, setelah
besar secara berangsur-angsur dijarangkan menjadi 4 m x 5 m.
f. Kasuari (Casuarina sp.) banyak
digunakan di Papua dan Papua Barat untuk daerah tinggi di atas 1.500 m dpl
Comments
Post a Comment